Pahami dulu, penghasilan tak tetap ini bisa berarti dua hal bagi keuangan freelancer. Positif dan negatif.
Karena tidak tetap, selalu ada kemungkinan seorang freelancer bisa mendapatkan satu proyek yang cukup buat hidup setahun.
Di sisi lain, bisa saja tiga bulan tanpa penghasilan.
Makanya perlu diatur.
Postingan ini bukan karena aku keminter, ya. Tapi karena aku paham sakitnya tuh di saldo. Ihiks.
Jadi, cara ini mungkin cukup berhasil buat aku meskipun gak ideal, tapi bisa jadi bukan formula cespleng untuk semua situasi. Silakan jika ingin menambahkan.
Aturan 1, Tetapkan kebutuhan

Ini aturan paling krusial sebelum bisa ngatur keuangan.
Namanya jadi freelance itu bakal dapat penghasilan yang enggak tetap. Enggak tetap besarannya, enggak tetap waktunya.
Jadi, pastikan berapa sih yang kamu butuhkan setiap bulan?
Biaya hidup.
Biaya kerja.
Cicilan atau utang.
Alokasi dana darurat.
Tabungan/Investasi.
Catat dulu semuanya, yang basic-basic aja.
Kalau bisa masak, sebaiknya masak sendiri. Kalau enggak bisa masak, ya belajar.
Kebanyakan menu di rumah, saya pelajari dari Xander’s Kitchen. Resep anti gagal.
Kalau mau cari-cari yang lagi hits, biasanya nyontek dari youTube nya Davina, WillGoz, atau Edy Siswanto.
Buat saya, urusan masak sendiri ini ngefek banget. Bahkan pernah bikin empek-empek sendiri. Luar biasa 😀
Sebagai gambaran belanja harian bahan makanan seperti sayur dan lauk pauk itu cukup 250 ribu-350 ribu per minggu, harga Jabodetabek. Ini cukup buat kasi makan 3 mulut, 3x makan/hari. Masih dapat lauk protein nabati dan hewani.
Ini di luar beli buah, beras, minyak goreng, etc, ya.
Tipsnya, mengatur menu biar bahan terpakai efektif.
Dan harus pinter nyimpen bahan makanan biar enggak rusak dan terbuang sia-sia. Banyak kok yang sharing tips menyimpan bahan makanan biar awet.
Sudah terbukti, belajar meal prep ini ngefeknya bukan sekadar praktis, tapi beneran bikin ngirit menjaga stabilitas keuangan freelancer deh!
Kalau kamu hidup berdua, atau sendirian di kos-an, kadang-kadang beli makanan masih jadi pilihan paling praktis.
Tapi sebisa mungkin, siapkan lauk kering dalam jumlah besar yang mudah disimpan. Biar pilihan makananmu enggak mie instan melulu.
Mau foya-foya? Boleh, asal kamu udah bisa kasih gaji buat diri sendiri.
Batasi pengeluaran

Dari daftar kebutuhan, coba lihat lagi apakah ada yang bisa dihemat, atau ditiadakan sekalian.
Saat pandemi dan makin sering ngecek pengeluaran, ternyata saya punya banyak langganan yang enggak terlalu penting.
Coba cek, apakah langganan Spotify termasuk krusial? Atau bisa diabaikan? Apakah langganan youTube premium agar bebas iklan sangat penting?
Urusan beli baju, meski di rumah saja tapi kerjaan kamu perlu sering-sering muncul online, mungkin saatnya nge-thrift di lapak Shoppe live? 😀
Pokoknya cek betul apakah ada yang bisa dikurangi, atau diganti dengan versi lebih hemat, atau dihilangkan sekalian.
Saat pandemi, ada alokasi untuk beli vitamin, masker, dan hand sanitizer.
Jika kita cukup mampu membatasi mobilitas, ya enggak usah ke luar rumah. Sehingga pengeluaran untuk keluar rumah, termasuk biaya transportasi, bisa ditekan seminimal mungkin.
Kalau sudah cek semua, tetapkan batas pengeluaran harian. Enggak mudah, tapi bisa.
Seperti tokoh Na young-won dalam drakor Monthly Magazine Home, ia membatasi pengeluaran harian sebatas 10 ribu won. Sampai niat banget menjahit kalender kantong pengeluaran biar terlihat secara visual.
Tetapkan gaji kita

Jika sudah paham kebutuhanmu, maka tetapkan itu sebagai gaji.
Katakanlah kebutuhanmu 5 juta, maka itulah gaji yang kamu tetapkan.
Jadi ini lah target kamu buat kejar proyek.
Saat kebetulan dapat proyek bernilai tinggi, gaji harus tetap 5 juta.
Jika mau foya-foya seperti yang sudah disebut di atas, gunakan sistem proporsional.
Misalnya, ketika pemasukan kamu sudah tiga kali lipat gaji. Boleh lah foya-foya dengan alokasi 10% dari gaji kamu.
Contoh: Gaji kamu lima juta, lalu kamu dapat proyek senilai 15 juta. Maka boleh deh foya-foya sebesar 10% dari gaji Rp5 juta (alias Rp500 ribu) buat hal yang kamu inginkan. Terserah.
Ada freelancer yang menggaji dirinya secara proporsional dan itu berjalan lancar.
Tapi saya lebih cocok untuk menggaji diri saya dengan besaran tetap, meskipun proyek lagi kering, atau sedang banyak.
Dengan begitu, saya tahu target yang harus dikejar.
Saya juga sudah tahu, bulan apa yang biasanya paceklik, dan bulan apa yang biasanya panen. Pola ini akan terlihat berdasarkan jenis pekerjaan kita, pengalaman, dan kebiasaan kita mencatat project.
Pisahkan rekening

Demi kesehatan keuangan freelancer, rekening bukan sekadar rekening pribadi dan buat bisnis.
Apalagi kalo males mencatat seperti saya.
Rekening bank pertama untuk urusan bisnis. Jadi klien bisa bayar ke rekening ini.
Rekening kedua untuk urusan operasional sehari-hari. Gaji kita ditransfer dari rekening pertama ke rekening ini. Kalau butuh tarik tunai, ambil dari sini.
Karena sekarang kita sudah lebih sering menggunakan non tunai, maka tarik uang sebatas yang kamu butuhkan saja. Kalau nggak tahu yang kamu butuhkan, catat dulu pengeluaran apa yang perlu uang tunai.
Saya masih perlu tarik tunai untuk kebutuhan belanja harian, bayar iuran lingkungan, dan bayar ART.
Rekening ketiga buat dana darurat.
Namanya dana darurat, mesti mudah ditarik saat darurat, tapi tidak menggoda untuk digunakan saat situasi belum terlalu genting.
Rekening ke empat, untuk investasi. Bisa juga dengan setor langsung ke rekening dana saham, lalu nabung saham.
Rekening ke lima, untuk skill up.
Yes, biasakan setor uang tiap bulan untuk jaga-jaga saat ada workshop bagus yang berbayar. Ini termasuk investasi juga kan.
Kok rekening banyak amat? Ongkos administrasinya gimana?
Ya, atur-atur aja sesuai kebutuhanmu.
Misalnya rekening 3,4,5 bisa pakai fitur walletnya Jenius, atau Bank Jago. Jadi enggak harus beda nomor rekening.
Buat rekening satu dan dua, pilih yang ATM gampang ada dimana-mana, punya fitur mobile banking, dan bank sejuta umat gitu lah.
Biasanya Bank punya produk tabungan dengan biaya administrasi terendah, kok.
Atur aja lah, namun pastikan DIPISAH, terutama buat yang malas mencatat detail.
Kalau kamu rajin mencatat, bisa pertimbangkan dua atau tiga rekening saja.
Alokasikan dana darurat, lebih dulu, lebih besar!
Buat karyawan single, punya dana darurat untuk 4 atau 6 bulan rasanya udah cukup bikin tenang.
Buat yang udah menikah dan punya anak, dana darurat baru bikin tenang jika tersedia untuk 12x pengeluaran bulanan.
Buat freelencer pun serupa.
Demi keuangan freelancer yang stabil, dana darurat mah idealnya buat setahun sekalian. Baik lajang atau menikah dan sudah punya anak. Apalagi yang udah berani ambil cicilan.
Bukan apa-apa. Minimnya dana darurat bisa merusak konsentrasi. Haha
Tanpa dana darurat, kita sering lemah di hadapan klien. Terserah deh mau dapat project berapa aja, dikit enggak apa-apa yang penting jalan dulu.
Bener?
Kalau kamu punya dana darurat buat setahun, atau minimal enggak mikir dana bulan ini dari mana, pasti nggak bakalan sembarangan terima job.
Pasti dipikir dulu, nilainya sesuai atau enggak. Klien demanding menguntungkan, atau justru demanding menyebalkan.
Kira-kira, kalau kerjaan ini diambil, portofolio bisa naikin rate berikutnya nggak.
Kan gitu toh.
Tapi saya super paham, buat freelancer, dana darurat mah sebatas mitos. Buat karyawan juga sih. Been there, done that.
Baca juga:
90% Orang Indonesia tidak punya dana darurat
Jika rekening sudah berbulan-bulan kosong, ya saya pun bisa jadi penulis serba ada. Apa-apa dikerjain.
Saat pandemi merontokkan bisnis, saya jadi cepet banget belajar Elementor dan langsung jualan jasa bikin Website WordPress murah meriah.
Lumayan, cuss sampai 13 project. Ada 5 klien yang ambil paket medium, sisanya customize, jadi bisa jual enggak murah-murah amat.
Tapi buat jangka panjang, cara kerja murah-cepat ini enggak bagus, karena kita bukan mesin.
Kita juga perlu berkembang, baik dari sisi klien yang makin premium, hingga tantangan pekerjaan sehingga kualitas pekerjaan pun meningkat.
Kalau kualitas kita semakin diakui, maka rate semakin meningkat.
Itulah kenapa dana darurat penting buat keuangan freelancer. Kalau belum punya, dikejar segera.
Enggak usah maksain sampai tingkat ideal, tapi minimal sampai di titik kamu mampu bilang enggak untuk project remeh bernilai kecil.
Kalau kebetulan dapat project remeh tapi bernilai besar mah cuss aja. 😀
Kuncinya, satu. Kalau pas dapat project bernilai besar, jangan khilaf. Perbesar alokasi untuk bayar utang, siapin dana investasi dan dana darurat, tapi bukan menambah gaji.
Investasi

Udah lama konsep ‘menabung’ itu hilang dari kepala saya.
Enggak banyak yang bisa ditabung, masa sih yang enggak banyak itu nggak bisa grow? Rugi dua kali, bukan?
Tapi namanya investasi, nggak bisa langsung hajar. Jadi sebaiknya belajar dulu. Baca-baca blogger yang banyak bahas tentang investasi. Salah satunya, blogsabda.com
Pokoknya jangan latah.
Kalau masih ada utang atau cicilan, beresin dulu sebelum investasi. Kalau memungkinkan, jalan keduanya, porsi terbesar tetap untuk beresin utang. Biar cepet tenang.
Eh, kebetulan saya investasi saham kecil-kecilan menggunakan aplikasi Ajaib. Tiap buka aplikasi, dapat senyuman Kim Seonho. Kalau tertarik, silakan daftar pakai link ini 🙂
Baca juga:
Investasi Saham dan Untung Besar yang Tak Boleh Kamu Percaya Begitu Saja
Jangan beli apapun sebelum uang di tangan
Meskipun flash sale bikin laptop idaman kamu terasa begitu dekat!
Jangan mikir “ah beli dulu deh pake uang alokasi A, ntar kan invoice cair bulan depan.”
Iya kalo cair bulan depan. Kalo mundur, gimana? Trus mundurnya sebulan juga?
Sebagai freelance, aku mah bisa apa kan ya.
Makanya enggak usah ngadi-ngadi dengan beli barang saat uang belum di tangan, jika tak ingin ngerusak keuangan freelancer.
Be happy always!

Ini mah harus ya. Kuncinya di hormon bahagia, antara lain endorfin, serotonin, dan dopamine.
Lakukan apapun cara yang bisa bikin kita happy. Kalau butuh liat para oppa buat vitamin, do it 😀
Saat happy, kita cenderung merasa hidup lebih stabil dan ajeg, enggak mudah cemas. Ketika kita santai, kita cenderung mengundang project-project bagus. Nilainya bagus, kliennya juga baik.
Sebaliknya, semakin kita enggak happy, makin mudah panik dan cemas, makin sulit dapat project.
Ketika pandemi dan ga bisa sering-sering jalan ke pantai, saya cukup happy ketika badan cukup bergerak, banyak minum air putih, makan buah dan sayur, dan kalau sedang rajin wiridan dan sholat malam. Ihiy.
Oh saya juga happy dengan journaling, baca buku dan nonton drakor.
Makanya penting buat milih drakor atau tontonan apapun yang bikin hati riang gembira. Misalnya, nonton drakor Hospital Playlist atau Racket Boys yang sering bikin hati hangat.
Memang sih, 8 tips di atas bukan tips paling ultimate. But it works for me. Semoga bisa membantu kamu yang perlu ya.
Baca juga:
8 Cara Menghasilkan Uang dari Blog Pribadi, Kamu Juga Bisa!