Drakor Our Beloved Summer, Bukan Kisah CLBK Biasa

Sukses itu punya banyak wajah. Hidup mapan tak selalu menenangkan.

Table of Contents

Dibaca normal : 4 menit

Akhir pekan lalu, saya akhirnya menuntaskan 16 episode Our Beloved Summer, setelah sebelumnya nonton on going lalu berhenti jelang episode 15-16.

Penyebabnya? Situasi dan kondisi lagi enggak mendukung, sementara saya merasa harus menikmati 2 episode terakhir dengan baik 😀

Episode 15 kebanyakan iklan dan agak menggangu. Namun overall, saya puas dengan drakor yang menempatkan Choi Woo-sik dan Kim Da-mi sebagai pemeran utama ini.

Sekilas kisah Our Beloved Summer

Choi Ung (diperankan Choi Woo-sik) ialah anak tunggal pemilik kedai makanan terkenal di wilayahnya. Ia anak yang tak ambisius dan selalu santuy. Cita-citanya simple, bisa tidur-tiduran menikmati sinar matahari.

Tak heran jika ia menempati peringkat bontot di sekolahnya.

Gilak sih sekolahan di Korea Selatan. Bisa-bisanya nge-ranking anak-anak satu sekolahan. Kalau dulu saat saya sekolah SD-SMA, sistem ranking cuma berlaku di satu kelas saja. Sedangkan ranking sekolah hanya menyebutkan TOP 10 saja. 

Tapi, Ung ini woles aja. Dia sama sekali gak stress dengan peringkatnya, tak terganggu dengan label “anak paling bodoh”. Ia juga tak jadi penindas. Tipe plegmatis sejati lah dia.. santai dan cinta damai.

Mengingat kultur Korsel, sikap Choi Ung bisa dibilang gak lazim. Namun, sikapnya yang woles itu terjawab pelan-pelan seiring episode yang bergulir. Salah satunya, keluarga yang stabil dan penuh kasih sayang.

Ung bersekolah di SMA yang sama dengan Yeon-su (diperankan Kim Da-mi). Yeon-su seolah berada di kutub yang berseberangan dengan Choi Ung.

Yeon-su adalah anak terpintar di sekolah itu. Ia tinggal bersama neneknya dalam keterbatasan. Didesak keadaan, Yeon-su seolah selalu “berlari”.

Ia tak bisa berteman dengan nyaman karena merasa tak bisa melakukan imbal balik, tak mampu untuk mentraktir. Makanya ia lebih memilih dingin, agar tak perlu punya teman, sehingga tak perlu merasa “tak enak”. Berteman juga butuh modal.

Sumber: www.cafehallyu.com/

Situasi itu realistis sih. Saat sekolah, biasanya kita jadi terkelompok-kelompok. Ada geng anak pintar, ada geng tajir, ada geng populer, ada geng yang seneng rusuh, dan lain sebagainya. Karena merasa dirinya miskin, Yeon-su merasa enggak sanggup buat berteman. Goalnya cuma satu: belajar, dan secepat mungkin melepaskan diri dari jerat kemiskinan.

Ung dan Yeon-su dipersatukan lewat syuting dokumenter. Sebuah stasiun TV di Korea Selatan membuat tayangan dokumenter interaksi anak terpintar dan terbodoh di sekolah.

Di sekolah yang sama, ada Kim Ji-ung (diperankan Kim Sung-cheol). Ia adalah sahabat Ung sejak kecil, yang diam-diam naksir Yeon-su, tapi enggak pernah diucapkan.

Beres syuting dokumenter, Ung dan Yeoun-su jadian. Cinlok.

Keduanya berbeda karakter, juga berbeda latar belakang. Saat pacaran entah berapa kali lah putus sambung. Sampai akhirnya putus beneran.

Penyebab persisnya baru ketahuan seiring episode berjalan.

10 tahun kemudian, mereka bertemu lagi tanpa sengaja.

Namun, drakor ini bukan tentang bagimana mereka rujuk kembali. Lewat sosok keduanya, kita diberikan pilihan atas definisi “sukses”.

Apakah kehidupan tenang yang disuka Ung?

Atau kemapanan yang diimpikan Yeon-su?

Overall, drakor bergenre romansa yang saya kategorikan slice of life ini menghangatkan hati. Enak dinikmati pelan-pelan.

Drakor Our Beloved Summer disutradarai Kim Yoo-jin. Kisahnya ditulis Lee Na-eun yang juga pemilik naskah webtoon-nya (digambar oleh Han Kyoung-chal).

Oh ya, saya juga suka bagaimana tiap episode diberi judul yang diambil dari judul-judul film yang hits di masanya. Detil ini menarik sih 😀

Sinematografi keren

Hal paling menonjol pada Beloved Summer ialah sinematografi dan teknik editing yang ketjehh! Ambience musim panas yang kental dengan warna-warna cerah terasa sopan di mata.

Meskipun saya bukan pemuja visual yang gimana banget, tapi menonton drakor Our Beloved Summer ini memang benar-benar memanjakan mata. Indah.

Foto: Hancinema.net

Deretan OST nya juga nyatu banget dengan rasa musim panas yang hangat dan ngangenin. Hayo,…pasti ada yang demen sama Christmas Tree -nya V BTS toh?

Menonton masa SMA Choi Ung (diperankan Woo-sik) dan Yeon-su (diperankan Da-mi) membawa ke masa-masa muda. Eaa.

Properti drakor ini juga mendukung. Perbedaan status sosial antara Ung dan Yeon-su, misalnya, dapat terlihat dari barang-barang yang dikenakan, mulai dari sepatu hingga ponsel.

Mengenalkan Stoikisme

Stoikisme adalah filosofi Yunani kuno yang menekankan dimensi internal manusia dengan melepaskan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Jadi stoikisme ini diyakin pengikutnya merupakan cara hidup yang lebih menjanjikan kebahagiaan karena fokus pada diri sendiri, bukan mengikuti standar penilaian orang lain.

Misalnya, kita menulis blog, lalu dicemooh. Seorang stoik tidak akan depresi karena cemooh yang tidak dapat ia kontrol. Ia akan bahagia ketika ia sudah menulis sesuai yang ia inginkan. Suka dan tidak disukai hanyalah dinilai sebagai data yang netral, namun tidak membuat dirinya bersedih.

Menurut saya, beberapa tahun terakhir, makin banyak produk intelektual Korea Selatan yang menawarkan aliran stoikisme dalam karya-karya mereka. Sampai-sampai saya merasa betapa konsep bahagia seolah terasa dibesar-besarkan. Apakah segitu susahnya buat bahagia di Korsel? Apakah bahagia merupakan konsep yang besar alias “grande”?

Dari sebuah video Youtube @korearoemit, saya sempat menonton tentang kenapa orang Korsel susah bahagia meski negaranya maju. Mau apa-apa sudah sangat mudah, tapi kenapa tingkat depresi tingggi?

Belanja online di sana super mudah, kecepatan internet terbaik di dunia, dan layanan medis yang relatif sangat terjangkau (jadi paham kenapa kok kayanya jatuh dikit aja dibawa ke rumah sakit).

Salah satu yang diduga penyebabnya ialah standar yang tercipta di masyarakat.

Pakai mobil kecil dikasihani teman, dipandang sebelah mata oleh orang, dan mengalami diskriminasi di sejumlah hotel.

Enggak jadi PNS, dikhawatirkan. Padahal pelakunya sendiri baik-baik saja dengan menjadi freelancer.

Rasa bahagia seolah baru tercipta ketika kita sudah menjalani hidup sesuai dengan standar masyarakat. Bayangkan ketika kebiasaan flexing (pamer) makin menjadi-jadi di media sosial. Depresi makin tinggi. Capek kan ngikutin standar yang terus bergerak, sesuai standar masyarakat.

Baca beritanya di sini

Nah, sudah beberapa tahun terakhir, ajakan untuk lebih berbahagia mengikuti standar diri sendiri disuarakan lewat sejumlah buku dan drama populer. Misalnya buku “Nyaman tanpa Beban” atau “Aku Tak Menyerah, Hanya Sedang Lelah”.

Begitu juga drakor Our Beloved Summer.

Saya sampai suudzon, jangan-jangan Ung adalah seorang Stoa (pelaku stoikisme) yang natural dan tak sengaja. Sementara sekarang, banyak orang mendadak Stoa.

Teman saya yang belajar filsafat, beberapa tahun lalu pernah sekonyong-konyong mengeluarkan statement, “Memang ya… keinginan itu sumber masalah.”

Bukan berarti orang dengan banyak keinginan adalah hal jelek ya. Juga bukan berarti orang yang enggak punya keinginan itu hal bagus. Seorang Stoa akan melihat pernyataan itu dengan netral.

Misalnya, kita ingin bersih, berarti harus mandi pakai sabun, dll. Ini jadi masalah kalau air mati, atau sabun habis. Kalau ingin bersih ya harus taklukkan masalah itu.

Nah, seorang Stoa akan mandi pakai sabun yang ia pilih sesuai standar dia, tidak harus sabun merek tertentu yang bagus menurut orang lain. Dia akan bahagia jika badannya sudah bersih sesuai keinginannya.

Kira-kira gitu lah 😀

Saya merasakan nilai-nilai Stoikisme diperkenalkan tipis-tipis di drakor ini meski tak ada satupun adegan yang menampikan para pemerannya membaca buku How to be a Stoic, tapi kita dapat melihat bagaimana definisi sukses sesungguhnya tak tunggal. Dan itu oke saja.

NJ (diperankan Roh Jeung-eui) yang artis idol itu juga berat menjalani hidupnya meski ia mampu mengkoleksi gedung-gedung di Gangnam. Ia selalu merasa kesepian.

Sementara Lee Sol-yi (diperankan Park Jin-joo) yang mewujudkan passion membuka bar juga berjuang mati-matian dan terserang rasa tak percaya diri ketika bar-nya sepi.

Jadi, setiap orang, apapun pilihannya akan tetap memiliki perjuangannya sendiri.

Kalau sukses bagimu ialah bisa tidur siang setiap hari, dan itu membuatmu bahagia tanpa terganggu dengan endorser binomo bikin konten “Murah bangeeeet”, ya gak apa-apa.

Belakangan, seiring bergulirnya episode, kita baru tahu kenapa Ung seolah tak memiliki ambisi. Bahkan tanpa ambisi pun, dia tajir. Tapi bukan itu alasannya.

Sebagai anak yang ditinggalkan sang ayah saat ia diminta menghitung jendela sebuah apartemen, Ung belajar menahan keinginan agar tak merepotkan orang lain dan membuatnya ditinggalkan.

Terlebih, ia kemudian diurus keluarga yang baru kehilangan anak dan super sayang, Ung jadi lebih menahan diri. Ia pikir, begitulah ia harus menjaga zona nyamannya.

Dalam prosesnya, ia jadi lebih mengenal dirinya sendiri.

Saya ngelihat Ung seperti kura-kura yang berjalan lambat. Namun karena lambat, ia dapat melihat, menikmati hal-hal yang sering terlewat jika kita berlari terlalu cepat.

Sumber: www.cafehallyu.com/

Kisah cinta realistis

Hubungan Ung dan Yeon-su yang dibangun sejak SMA hingga kuliah, kemudian putus, dan dipertemukan lagi terasa wajar dan riil.

Sejumlah orang tak ingin lagi bertemua mantan karena malas membuka luka lama. Lainnya mungkin bersumpah membalas dendam dengan menjalankan hidup lebih baik. Lainnya mungkin malas datang ke reuni agar tak ketemu mantan gara-gara insecure dengan hidupnya sekarang.

Kita mungkin merasa harus memiliki hidup lebih baik dari mantan.

Itu juga dirasakan Yeon-su saat bertemu kembali dengan Ung, dengan cara tak disangka-sangka.

Dan cilakanya, mereka malah diminta syuting dokumenter lagi, semacam versi update dari kisah anak terbodoh dan terpintar di sekolah. Dokumenter itu disutradarai Ji-ung, teman sekolah mereka yang sudah bekerja di stasiun TV. Pekerjaan ini tak mudah mengingat Ji-ung diam-diam suka banget sama Yeon-su.

Meski cuma peringkat terakhir di SMA, Ung ternyata meraih “kesuksesan sesuai penilaian orang” dengan caranya sendiri. Ia ilustrator bertarif mahal. Padahal hidupnya masih terlihat santuy meskipun faktanya ia pengidap insomnia menahun.

Sementara Yeon-su menjadi andalan perusahaan humas milik seniornya, dan hidupnya membaik bersama sang nenek.

Pertemuan kembali itu juga memaksa Yeon-su berpikir ulang atas hidupnya.

Apalagi mereka berdua putus dengan cara yang “tidak baik-baik”.

Yeon-su mutusin Ung tanpa alasan yang bisa diucapkan. Ia merasa hidupnya terlalu berat, sementara Ung tipikal yang nempel melulu sama pacar, dikit-dikit mau ketemuan, mau telponan. Yeon-su sibuk menafkahi diri dan neneknya, sambil membayar utang renteiner si paman.

Awalnya saya juga merasa alasan putus itu terlalu didramatisir, meski pola-pola hubungan percintaan si kaya miskin bukan hal baru di drakor. Mungkin karena saya merasa Ung bukan chaebol. Beda dengan Jian-Do Kyung di drakor panjang Golden Life yang super brutal.

Sampai kemudian, pada adegan Yeon-su membujuk neneknya tak ke rumah jompo, saya baru teryakinkan, seberat itu hidup dia. Dia putus bukan karena insecure dengan status sosial, tapi emang karena ga punya waktu buat selalu senang-senang sama Ung. Udah terlalu sesak sama hidupnya, sehingga sulit memberi ruang kosong bagi sang pacar.

Rasanya tuh kaya kita merasa ga pantes buat seneng-senengan, sayang-sayangan melulu karena besok banyak tagihan yang mesti diurus. Dan ini bukan hal mudah yang bisa kita bicarakan ke pacar. Baru pacar loh ya. Ada semacam gengsi dan harga diri yang mesti dijaga. I feel you, Yeon-su.

Closing yang memuaskan

Yeon-su yang selalu berlari, akhirnya bisa melihat kehidupannya lebih lambat dan menghargai setiap momen.

Meski tak gemerlap, ia akhirnya menyadari hidup yang ia jalani telah memberi banyak. Ia tak perlu lagi berlari, dan saatnya menikmati setiap moment aktivitasnya. Sesungguhnya, ia sudah tercukupkan.

NJ memilih melakukan hal yang menurut ia tepat, tanpa terlalu pusing dengan para haters.

Ung yang udah sukses sebagai ilustrator gedung, menjalankan impiannya buat sekolah arsitektur. Meski ia harus berjauhan dengan Yeon-su, ibu dan ayahnya. Ia juga mendatangi ayah kandungnya untuk sebuah closure.

Ji-ung menjalani kesempatan bersama sang ibu, serta mulai membuka hati dan tak terpaku pada cinta pertamanya.

Seol-yi menikmati hari-harinya berbisnis, ditemani Dong-geu, mantan manajer Ung.

Dari masing-masing karakter, saya bisa mendapat pelajaran dalam memandang hidup. Eaaa 😀

Ketimbang memasukkannya ke dalam kategori romance, saya lebih suka mengkategorikan drakor ini sebagai drakor slice of life yang healing lah.

Bromance Ung dan Ji-ung yang saling menjaga.

OST yang nenangin dan enak buat teman kerja

Seperti drakornya yang hangat, 26 OST Our Beloved Summer ini juga enak di telinga. Cocok buat diputar saat pagi atau sore hari, bisa untuk nemenin kerja.

Such a beautiful OST, just like the drama itself.

Drakor Our Beloved Summer sudah tamat namun bisa ditonton di Netflix.

Foto-foto pada blog ini diambil dari hancinema.net, kecuali disebutkan berbeda.

Share:

2 thoughts on “Drakor Our Beloved Summer, Bukan Kisah CLBK Biasa”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Populer
Artikel Baru

Baca topik lainnya: