Banyak orang menanti-nanti Hospital Playlist Season 2 yang tayang perdana Kamis, 17 Juni 2021. Salah satunya, saya.
Gak heran jika rating melonjak tajam hingga 11,7% dan puncaknya mencapai 14,9%. Langsung cetak rekor rating episode perdana tertinggi dari semua drama yang tayang di tvN.
Well, menonton episode perdana, rasanya seperti bertemu lagi dengan teman lama.
Semua karakter dimunculkan di episode awal. Saya enggak merasa perlu membuka lagi episode terakhir Hospital Playlist Season 1 untuk menyegarkan ingatan. Toh nyaris tidak ada yang berubah.
Juga tidak ada lubang dalam alur kisah yang perlu dicari penjelasannya dalam Hospital Playlist Season 1.
Kalaupun ada yang berubah, ialah Uju, diperankan aktor cilik Kim Jun.

Putra tunggal dokter Lee Ik-Jun (Cho Jung-Seok) itu terlihat bertumbuh. Namanya bocah, pertumbuhan fisik pun terlihat nyata dalam rentang setahun.
Hal itu disadari oleh penulis, sehingga ‘diklarifikasi’ melalui dialog Ik-jun bersama pengasuh Uju. “Aigoo, anak ayah kenapa tau-tau sudah sebesar ini sih?”
😀
Transisi dari season 1 ke season 2 pun terasa mulus. Penantian setahun terasa seminggu.
Kapal winter garden (pasangan dokter Ahn dan dokter Jang) sudah berlayar di episode perdana.
Adegan gemash dalam suasana hujan, dengan payung yang terlihat bergerak memantul-mantul itu, bikin saya tersipu. La kok sini yang girang? 😀

Stream it or Skip It?
Kalau saya sih jelas nonton tepat waktu di Netflix, tiap Kamis jam 9 malam.
Cara terbaik menikmati drakor berdurasi 90 menit ialah dengan menonton tanpa ekspektasi dan teori apa-apa. Santai saja.
Karena drakor ini bukan tipe kisah yang mengundang suudzon dengan hujan plot twist di sana sini. Penggemar drama makjang ala Penthouse, mungkin akan sulit menikmati drakor ini.
Sama seperti season 1, konflik dalam drakor Hospital Playlist Season 2 ini saya rasa juga enggak bakal tajam dan dramatis.
Sejak awal, dunia yang disodorkan pun cenderung utopis: lima sekawan dokter tanpa masalah yang getirnya keterlaluan.
Hidup mereka tuh super baik-baik banget. Punya karier bagus, punya duit, punya teman akrab. Apa coba kurangnya?

Tapi, dalam dunia yang indah itu, yang harusnya sudah enggak ada masalah itu, justru banyak pesan tersampaikan lewat adegan-adegan kecil yang tampak remeh temeh.
Misalnya, kopi yang belum sempat diseruput karena pemiliknya sudah keburu lari merespons panggilan darurat UGD. Atau kalau di Session 1, dokter Cha (diperankan aktris teater musikal Jeon Mi-do) sering banget harus membatalkan kemah yang jadi hobinya.
Dia berulang kali harus membereskan tenda, tepat setelah tenda itu berhasil didirikan sendirian.
Penulis Lee Woo-Jung serta sutradara Shin Won-Ho seperti mau bilang: jangan gampang ngiri sama kehidupan yang kamu pikir indah. Mereka juga punya masalahnya sendiri.
Ibaratnya, jangan gampang insecure sama influencer IG yang keliatannya senang terus. Mereka juga punya masalahnya sendiri.
Pada dunia utopis para dokter RS Yulje, digambarkan fakta yang umum ditemui dalam keseharian tenaga medis.

Dokter dengan jam kerja panjang menghadapi risiko telat makan, kurang istirahat, terpapar penyakit, dan kemungkinan perceraian.
Belum lagi interaksi antar kolega, dan pasien. Dokter juga selalu berisiko dengan kemungkinan sasaran tuduhan malpraktik.
Pada salah satu adegan di episode perdana, dokter magang Min Ha terpekur di hadapan rekam medis yang memuat diagnosa dari dua dokter senior.
“Ini rekam medis pasien yang sama, di hari yang sama, dibuat oleh dua dokter berbeda. Diagnosa mereka berbeda. Keputusan berbeda yang bisa sangat mempengaruhi nasib pasien.”
Kisah kecil yang hangat
Pada episode pertama ini, udah ada scene yang bikin haru, meski lebih banyak adegan jenaka.
Salah satu yang cukup membekas ialah ketika seorang ibu bolak balik ke rumah sakit. Padahal Yeon-U, putrinya yang tiga tahun menjadi pasien di rumah sakit itu, sudah meninggal dunia.
Kehadiran ibunya Yeon-U, dengan segala oleh-oleh yang diberikan setengah memaksa dan merayu, membuat para perawat jengah. Mereka mulai berteori seperti penonton drakor Mouse yang overthinking 😀
Salah satu perawat berkomentar, “Ibunya Yeon-U enggak lagi cari celah untuk membuat gugatan malpraktik, kan ya?”
Dokter Jang yang berpembawaan kaku, bingung untuk bersikap.
“Ibu itu kangen anaknya. Dia enggak punya temen cerita. Kapan-kapan, ajak dia minum kopi dan ngobrol,” kata dokter Ahn kepada dokter Jang, yang sudah resmi jadi pacarnya. Ihiy!
Orang Korea percaya, duka hati orang tua yang ditinggal anak meninggal tuh terasa besar dan dalam, sampai-sampai tak ada istilah yang tepat.
Jika seorang ayah atau ibu meninggal, anaknya akan disebut anak yatim atau piatu. Tapi tak ada sebutan khusus bagi orang tua yang ditinggal anak meninggal karena dukanya sungguh tak tergambarkan.
Saya lupa dapat informasi itu di mana, yang jelas dari beberapa drakor juga. Mungkin salah satunya di drama Hi Bye Mama.
Berangkat dari hal itu, adegan ibunya Yeon-U bolak balik ke rumah sakit terasa tak berlebihan, dan jadi bikin kasihan.
Sebab di saat rindu memuncak, tak ada keluarga yang bisa diajak bicara.
Yeon-U lahir prematur dan sudah dirawat di rumah sakit sejak bayi.
Karena sakit, ia tidak sekolah, sehingga tak punya guru dan teman.
Keluarga besar, seperti nenek kakek dan para bibi serta paman yang rumahnya jauh, cuma menengok sesempatnya. Setahun sekali saat Yeon-U ulang tahun.
Hanya perawat dan dokter di rumah sakit yang mengenal Yeon-U seperti sang ibu.
Duh, ini tuh adegan kecil. Tapi tanpa observasi kuat, detail ini bisa aja terlewat dan tidak digarap menjadi kisah yang solid.
Emosi dan pengembangan karakter yang perlahan tanpa dramatisasi ini justru membantu kita mudah menempatkan diri pada karakter tersebut. Kita jadi paham dengan pilihan-pilihan sikapnya.
Ini emang khas-nya duo penulis Woo-Jung dan sutradara Won-Ho, yang adegannya sering aku analogikan seperti bawang. Mereka sabar banget membangun adegan, sehingga kita mengupas selapis demi selapis, trus..nyessss. Ambyar!
Jujur saja, karya-karya mereka merupakan salah satu dari sejumlah drakor bagus lainnya yang bisa mengasah empati menjadi lebih baik.
Paling enggak, bikin kita mikir dan bersikap lebih baik, menjadi lebih ‘manusia’.
Lebay ya?
Mianhae.
Tapi, ini beneran yang saya rasakan. 😀
Hospital Playlist Season 2 tayang seminggu sekali setiap kamis mulai 17 Juni 2021, di saluran tv kabel tvN. Bisa ditonton di Netflix, dengan total 12 episode.
Baca juga:
6 Alasan Drama Korea Racket Boys Layak Ditonton On Going
6 thoughts on “Hospital Playlist Season 2, Kisah Hangat dari Dunia yang Utopis”
Ibaratnya, jangan gampang insecure sama influencer IG yang keliatannya senang terus. Mereka juga punya masalahnya sendiri.
Lol bener banget kak.
Btw season 1 aku belum sempat nonton tapi emang ini heboh banget ya direkomendasikan hihi
ini mah bisa dinikmati santaiiiii kok 😀
Ah sudahlah kalau drama duet penulis Woo-Jung & sutradara Won-Ho, pasti merasuk ke jiwa.. Halahh😆😆😆 tp bener hospital playlist masih jd drama terbaik yg pernah kutonton. Heran aja ama mereka berdua bisa memasukan dan mengawinkan begitu banyak hal dlm satu cerita.
wah makasih masih mampir. aku malah udah lama nih ga ngeblog. huhuhu. Nonton Hosplay mah berasa seperti dikunjungi teman jelang akhir pekan, di tengah minggu melelahkan. hangat. hihihi.
Pingback: Drama Korea Nevertheless, Berani Jatuh Cinta pada Playboy Tampan?
Pingback: Drakor Twenty Five Twenty One, Mengejar Mimpi yang Direnggut Krismon 98