Tips Menjadi Pengangguran yang Baik ala Drakor Summer Strike

Satu kali dalam hidup, kurasa kita perlu merencanakan satu tahun untuk lebih dekat dengan diri sendiri dan sunguh-sungguh bertekad menjadi pengangguran yang baik.

Table of Contents

Oh ya, mohon maaf sebelumnya, ini bukan reviu drakor ya. Cuma catatan tentang pentingnya menjadi pengangguran dalam sebuah fase hidup, seperti si tokoh dalam drakor Summer Strike, Yeo Reum.
Drakor Summer Strike yang tayang bulan November 2022 kini sudah ada di Netflix.

Yeo Reum adalah pekerja keras yang ga bisa memasarkan diri sendiri. Tipe pekerja yang serius sama pekerjaannya, tapi orang lain yang take credit buat kerjaan itu.

Sounds familiar ya.

Banyak orang yang pintar bicara dan mengambil hati para bos meski otaknya ga segitunya. Itu pun keahlian, sih ya. πŸ™‚

Anyway, Yeo Reum ini bertahan dengan pekerjaannya karena memang itu lah seharusnya yang dilakukan orang dewasa normal. Bekerja. Sebab menjadi pengangguran terlalu memalukan.

Namun di kantor pun ia menderita.

Ibunya yang sakit-sakitan, kakaknya yang punya lifestyle maksa meski ga punya duit, menambah warna-warni dunia Yeo Reum.

Si pacar, yang selama 6 tahun terakhir jadi sandaran saat lelah, mulai gak tahan.

Yeo Reum kesepian. Lalu ibunya, meninggal.

Dan itulah titik baliknya.

Kapan harus menganggur?

Di titik paling ekstrim, manusia biasanya mampu keluar dari ‘cangkang’-nya.

Saat tak ada lagi yang harus kita jaga, kita pasti lebih berani buat melangkah atau melakukan apa saja. Ini berlaku buat dua sisi ya, positif atau negatif.

Yeo Reum lalu memilih resign, membuka aib si atasan yang sering nge-bully dia, dan menghitung tabungan.

Selama empat tahun bekerja, tak banyak yang bisa dia simpan. Oalah, ini pun relevan!

Sebaliknya, barang-barangnya menggunung.

Yep Reum ini semacam mbak-mbak kantoran yang kalem tapi diam-diam sering kalap saat buka toko orens atau tiktokshop, dan beli ini itu buat membahagiakan dirinya.

Ia mulai berpikir meninggalkan Seoul. Ide ini muncul karena ia sempat tak sengaja turun di stasiun yang jauh dari Seoul.

Desa itu bernama Angok, sekitar 400 kilometer dari pusat kota Seoul, dan dapat ditempuh sekitar 2 jam naik kereta dari Seoul.

Kepikiran Angok, Yeo Reum pun mengemas barangnya. Memilih dengan ketat mana yang ia bawa, dan menjual sisanya.

Angok semacam desa kecil, yang memang bukan tujuan turis. Jadi enggak ada landmark yang gimana-gimana banget. Drakor ini juga cuma memperlihatkan sisi laut, jalanan lebar yang menghadap gunung, perpustakaan tenang yang cuma disinggahi tak lebih dari 10 orang, toko kelontong, kedai makan, serta jalan-jalan dengan kantor dan bangunan kecil.

Setelah menjual barang-barangnya melalui internet, Yeo Reum pun pergi berbekal satu ransel besar.

Ia siap memulai hidup baru,…yang tentu saja tak mudah.

Tapi Yeo Reum kali ini sudah bertekad untuk lebih mengenal dirinya. Ia bertekad tidak perlu bekerja selama setahun, dan bisa membaca apa saja, bangun kapan saja, serta bermain-main sepanjang hari.

Ia butuh istirahat panjang.

Biasanya, ada momen-momen dalam hidup yang membuat kita merasa seperti tersesat atau lelah gak karu-karuan. Terasa mentok meskipun usaha udah sampai ujung.

Mungkin itu saatnya buat nganggur dulu. Mau satu bulan, satu semester, satu tahun nganggur, silakan dipilih sesuai kebutuhan.

Bukan liburan ya. Liburan itu cenderung konsumtif, tapi nganggur lebih budget wise. πŸ˜€

Momen perlu nganggur itu sebetulnya sempat saya dapatkan sekitar 3 tahun setelah lulus kuliah, namun tak saya manfaatkan. Saya terlalu seram dengan pandangan “pengangguran”, terlalu ga enak sama orang tua, dan terlalu malu buat mengakui kelelahan itu.

Tancap gas saja saat itu.

Memang tak buruk. Hidup juga berlanjut tanpa harus “mengenal diri sendiri dengan khusyuk”.

Kesempatan itu datang lagi setelah usia saya di atas 40 tahun. Well, kali ini, kesempatan itu saya ambil namun kondisinya sudah ada keluarga dengan suami dan anak. Nganggurnya gak ‘bener-bener nganggur’, ga bisa pergi ke suatu tempat asing dan menyerap apapun vibrasi di sana. But still, rupanya masih enak dan happy juga. Kalau sekarang aku mesti nganggur sendirian mungkin malah bingung. wkwkw.

Oh ya, salah satu kenalan memilih healing di Ubud. Doing nothing di sana, cuma jalan kaki, ke pasar, masak, yoga, dan tidur cepat.

3 bulan katanya cukup. Soale rekening bank sudah menjerit minta diisi lagi.

Well, mau nganggur pun butuh persiapan.

Persiapan Jadi Pengangguran

Pertama, tetapkan mau nganggur di mana

Apakah kamu mau pulang ke rumah ortu? Apakah mau ke tempat yang sama sekali baru?

Bisa saja sih impulsif. Tapi ya siap dengan konsekuensinya.

Kedua, siapkan uangnya.

Cara memeriksa biaya hidup kota tujuan nganggur cukup mudah. Liat saja UMR di kota tersebut, lalu tambahkan sekitar 30%.

Misalnya UMK Solo sekitar Rp2,2 juta maka budget Rp3 juta akan cukup banget buat hidup sewajarnya di sana. Lagipula, di Solo banyak banget makanan dijual murah meriah dan super enak!

Mau nganggur sambil healing di Bali pun murah meriah. Kamu cuma perlu kost-an di daerah lokal, dan bisa naik motor. Biaya buat santai jelang sunset di banyak pantai di Bali cuma Rp2 ribu buat bayar parkir.

Kecuali pantai-pantai seperti Melasti atau Pandawa yang menerapkan retribusi masuk.

Ongkos makan juga relatif terjangkau, asal gak ngafe melulu. Ada nasi jinggo yang porsinya lebih dari nasi kucing. Ada juga warung lalapan dan serta nasi campur ala Bali yang sedap. Masalah makan, harusnya gak jadi masalah.

Ketiga, tetapkan waktunya.

Poin ini ada kaitannya dengan uang yang tersedia. Jangan habiskan semua uang kamu, apalagi jika mau lanjut kerja atau berbisnis. Be wise.

Keempat, tetap realistis.

Yep, mengelola ekspektasi itu penting. Jadi jangan berharap menganggur bisa memberikan ide-ide brilian.

Jangan juga berharap momen nganggur ini momen cari jodoh.

Ya, kalau dapat jodoh enak diliat serta baik hati sih bonus ya. Tapi jangan dicari. πŸ˜€

Sebaliknya, ini adalah waktu terbaik buat kamu memahami diri sendiri, melakukan apapun sesuai suasana hati, dan mengamati.

Kelima, ciptakan aktivitas rutin yang baru

Yeo Reum memilih aktivitas membaca di perpus sebagai aktivitas rutin, serta olahraga pagi berlari ke pantai.

Kamu juga bisa memilih aktivitas rutin mu.

Pilih hal yang bikin kamu penasaran selama ini tapi tak pernah punya waktu untuk betul-betul melakukannya.

Seorang teman saat menganggur memilih membereskan semua isi rumahnya, membersihkan semua koleksi buku, dan bersepeda setiap hari. Sampai akhirnya, tanpa dicita-citakan sebelumnya, ia mampu ikut triatlon. Wow!

Keenam, matikan medsos tapi tetap terhubung

Jangan bikin keluarga pusing. Beri pengertian kamu butuh waktu, dan tetap jaga hubungan dengan melepon.

Namun, momen menganggur ini adalah momen tepat untuk MASA BODOH dengan semua kehebohan dan drama di luar sana.

Mulai pilih mana circle penting mana yang enggak perlu.

Ketujuh, stop konsumtif

Ya namanya juga lagi ngangur kan, bukan lagi liburan.

Selain demi menghemat, momen tanpa belanja ini akan membuat kesadaran kita tentang barang-barang itu menjadi lebih clear.

Pengalamanku pribadi dengan “bulan berhenti belanja” ini cukup positif kok. Ternyata emang cukup-cukup aja, sih.

So, selamat menganggur dengan baik dan benar, bergembira dan bersukacita tanpa nyusahin orang lain!

Share:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *